Impian Bu Eka untuk memiliki sepeda motor membawanya menjadi BMI/TKW di
Singapura, namun nasib membawanya kembali ke tanah air untuk berjualan
sayur. Meskipun telah membanting tulang, kedua pekerjaan itu tidak kunjung
membawanya mewujudkan mimpi. Tak disangka, nasibnya berubah drastis setelah mengenal NASA.
Pengalaman saat menjadi BMI/TKW memang sangat
pahit untuk diingat. “Dulu saya tidak boleh
sholat dan tidak boleh puasa, kerja benar saja
dimarahin, apalagi kalau salah. Padahal gajinya juga
tidak seberapa,” kenang Bu Eka. Ia pun dipulangkan
gara-gara ketahuan sholat pada awal tahun 2012.
Tahun 2016, di tengah paceklik yang ia hadapi, ia
mencoba peruntungan dengan berbisnis NASA secara
online.
Tak butuh waktu lama, bisnisnya mulai lancar.
Kehidupan keluarga Bu Eka berangsur membaik.
Hing g a pada 2019 i a memutuskan untuk
meninggalkan Jakarta dan memilih tinggal di Cilacap
bersama keluarga.
Kini Bu Eka sudah membawahi lima stockiest yang
jaringannya tersebar dibanyak daerah.
“Alhamdulillah, hasil dari NASA tidak cuma bisa
membeli kendaraan roda dua, bahkan kini kami sudah
bisa membeli kendaraan roda empat dan rumah
impian,” ucapnya senang.
Petualangannya besama NASA dimulai ketika Mbak Hening masih di
bangku kuliah semester lima. Kala itu, ia tengah belajar ilmu kebidanan
di kampus yang tak jauh dari kantor NASA. Dari yang mengaku dulu
masih belum paham tentang sistem jaringan, kini Mbak Hening telah
berhasil mewujudkan pencapaian finansial di usia 20'an.
Dari hasil berbisnis NASA, Mbak Hening mengaku
bisa membiayai pernikahannya sendiri. Suaminya,
Bapak Joni Nugroho, Amd.Kep yang dulu juga tenaga
kesehatan, sekarang juga fokus mengembangkan
bisnis NASA.
Tak tanggung-tanggung, kini mobil, motor, dan aset
tanah juga sudah telah ia miliki dari berbisnis NASA.
Bahkan Mbak Hening sudah berhasil mendirikan
Stockist Centre NASA di Pemalang.
Nasib seorang karyawan memang kadang tak bisa diprediksi. Nasibnya tak ada
dalam genggamannya sendiri. Situasi politik dan ekonomi global bisa dengan
mudah mengubah seorang karyawan menjadi seorang pengangguran. PHK kerap datang tanpa peringatan.
Tahun 2015, pabrik tempatnya bekerja memberhentikan
kontrak kerja 381 karyawan, termasuk dirinya.
“Setelah surat PHK itu sudah saya saya terima, saya
tidak tidur tiga hari tiga malam. Seperti orang
linglung,” ungkapnya. Tentu tak mudah bagi Pak
Agung yang sudah menghabiskan waktu 10 tahun
menjadi karyawan. Selama ini ia dan istrinya
merantau di Tangerang membanting tulang untuk dua
anaknya yang harus terpisah dengan mereka.
Kini ia telah menjadi stockist di Purwakarta
membawahi 35 stockist. Penghasilannya kini
mencapai kisaran puluhan juta rupiah per bulan. Ia
sudah membeli sebidang tanah, mobil, dan kini tengah
berencana membuat toko. “Tapi hasil yang paling
berharga dari NASA sekarang adalah saya bisa
kumpul dengan keluarga, bisa selalu dekat dengan
anak-anak, itu yang membuat saya selalu bersyukur,
tak ternilai harganya,” ungkapnya sembari menahan
air mata haru.
Berbekal ijazah SMP, tahun 2000 ia I
berangkat ke Jakarta, dan bekerja menjadi pembantu
rumah tangga. Tahun berlalu, Mbak Rina pun menikah
dengan Mas Asril Munap, buruh serabutan. Perjalanan keluarga kecil
ini banyak dibumbui masalah ekonomi. Tahun 2014, membuka toko kelontong di
belakang terminal Senen, Jakarta. Namun ia justru
terlilit hutang bank untuk modal, bahkan ketika
tokonya tutup, hutang itu masih terus mengintai. Ia kemudian memutuskan bergabung dengan Bisnis NASA.
“Saya dulu sambil gendong anak sering
bagi-bagi brosur di mall, mengenalkan NASA ke
banyak orang,” imbuhnya lagi.
Kini Mbak Rina menetap bersama Mas Asril dan tiga
anaknya di Matraman, Jakarta Timur. Ia tengah
berupaya mencapai peringkat Crown Diamond
Director, sembari menabung untuk membangun
rumah di Jakarta. Suaminya kini sudah tak lagi jadi
buruh serabutan. Kini Mas Asril menjadi sosok penuh
penuh senyum dan bangga sepenuh hati mendukung
istrinya berbisnis NASA, “Sekarang saya dan suami
berjuang bersama di bisnis NASA,” paparnya penuh
kebahagiaan.
Kesuksesan tidak melihat ijazah yang dimiliki. Mbak Bella membuktikannya melalui bisnis NASA.
Mbak Bella Perempuan asal Blora ini mengaku
hanya lulusan SMP. Usia remaja ia habiskan
dengan bekerja di Jepara.
Pada tahun 2015, Mbak Bella menghidupi dirinya
dengan berdagang burung di kios pasar.
Bisnisnya lumayan lancar, sampai suatu
ketika ia ditipu oleh seseorang yang sudah ia anggap
seperti saudaranya sendiri. Di tahun yang sama, ia
meminjamkan uang kepada kenalannya yang
kontraktor perumahan. Ia dijanjikan akan dibayar
dengan satu rumah. Namun takdir berkata lain, belum
sempat dibayar, si peminjam uang ini meninggal.
Akhirnya ia bergabung dengan bisnis NASA. Kegigihannya membuahkan hasil. Perlahan tapi pasti,
bisnis NASA yang ia jalani menjadi tangga
kesuksesannya. Hutangnya kemudian lunas, rumah
batal disita, mimpi-mimpinya pun mulai terealisasi.
“Alhamdulillah kemarin ketika jadi stockist
menghadiahi suami Honda Vario. Terus pas ulang
tahun pernikahan kami beli Honda Jazz merah,”
ungkapnya bersyukur.
Sejak dulu Mbak Fasa bercita-cita menjadi guru PNS, namun Tuhan ternyata memberi jawaban lain yang
lebih baik. Kini ia sukses menjadi PNS, 'Pebisnis NASA Sukses'.
Berbekal ijazah S1 PGSD, tiga belas tahun perempuan bernama lengkap Fasa Syarifah ini
mengabdi menjadi guru di salah satu SD di
Pemalang. Dengan gaji yang sungguh pas-pasan, ia
masih percaya suatu saat akan diangkat menjadi PNS.
Suaminya, Antona Zakiar juga sama, bertahun-tahun
menjadi guru honorer. “Kami jelas tidak mungkin
mengandalkan gaji dari sekolah. Kami pun membuat
banyak usaha, dari bertani jahe, pembibitan cengkeh,
hingga jual kripik balado,” ungkapnya.
Dari berbagai bisnis yang selalu gagal, yang tersisa
hanya bisnis ternak bebek. “Walaupun akhirnya juga
gagal, namun saya bersyukur dari ternak bebek kami
jadi sempat mengenal Viterna, dari situlah kami jadi
mengenal NASA,” kenangnya.
Dengan perjuangannya, akhirnya tahun 2017, ia resmi menjadi stockist. Tiga bulan
menjadi stockist, suami pun memilih untuk resign, hal
ini disusul oleh Mbak Fasa satu tahun kemudian. Dari
hasil bisnis NASA yang ia jalankan. Kini Mbak Fasa
berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya, dari membeli
mobil, merenovasi rumah dan mendaftar haji
sekeluarga. Bahkan kini mobil impian Fortuner sudah
terparkir di garasinya.
Sebelum mengenal NASA, 12 tahun Bu Zahza bekerja sebagai pelayan restoran di Jakarta. Ia berpindah-pindah dari satu restoran ke restoran lain. Tahun 2014, ia jatuh sakit karena kelelahan bekerja tanpa hasil yang memuaskan. Ia pun berhenti dan memutuskan merintis masa depannya yang baru.
“Waktu itu saya bilang untuk mencoba jualan dulu, karena cuma ada uang 300 ribu di ATM, ternyata boleh,” tuturnya. Dari sana ia lalu serius membangun bisnis NASA yang menjadi titik balik kehidupannya.
Dengan menggeluti bisnis NASA melalui facebook, jaringannya pun tumbuh dengan pesat. Ia mengaku hampir 90% downline nya adalah ibu rumah tangga.
Bu Zahza kini tinggal di Jakarta Utara, di sana ia bisa mempekerjakan 9 admin untuk stockict centre-nya. Dengan omset mencapai miliaran rupiah per bulan, sepertinya tidak lama lagi ia akan mewujudkan mimpi membeli rumah di Jakarta Utara dengan cara tunai.
Bisnis NASA juga telah mewujudkan impiannya untuk memensiunkan orangtuanya. Ia juga bersyukur karena tahun lalu sudah mendaftarkan haji kedua orangtuanya.
Lain dulu, lain sekarang. NASA memang bisa mengubah nasib orang sedemikian rupa. Seperti
halnya Bu Hartini yang belum lama ini sempat dipersulit oleh petugas imigrasi ketika akan
membuat paspor. Alasannya, pihak imigrasi tidak percaya kalau tujuannya pergi adalah liburan.
"Saya harus membuktikan dengan dokumen macam-macam. Bahkan pakai bukti penghasilan.
Baru petugas ini mau percaya," kisahnya sambal tertawa.
ulu Bu Hartini memang sering ke luar negeri, Dnamun dengan paspor khusus sebagai BMI.
Belasan tahun ia pontang-panting di negeri
orang, dari tahun 2000 hingga 2017. Ia pernah jadi
buruh pabrik di Malaysia, Brunei, Singapura hingga
Hongkong. Terakhir bahkan ia nyaris dipenjara di
Hongkong gara-gara tertipu oleh investasi bodong. Bu
Hartini pun menanggung hutang di negeri orang.
Angsuran per bulannya 6000 dolar, padahal gajinya
saat itu hanya 4000 dolar.
Hingga pada 2014 ia berkenalan dengan bisnis NASA. Perlahan penghasilan di NASA mulai lancar, hutang-
hutangnya perlahan tertutup. Tahun 2017, hutangnya
lunas.
Bu Hartini kini sudah berhasil menjadi
stockiest. Banyak impian-impian yang dulunya tak
pernah dimimpikan berhasil terwujud. Ia sudah
membangun rumah, membeli mobil, dan pergi ke luar
negeri untuk liburan. Bahkan sebentar lagi rumah dua
lantai di Boja – Jawa Tengah yang selama ini ia kontrak
untuk berbisnis NASA akan jadi miliknya. "Nasa
membuat saya melampaui impian-impian saya,"
tuturnya lagi.
Sebelum sempat mengambil ijazah SMP-nya, di usia 14 tahun, Mbak Maryati sudah
meninggalkan kampungnya di Grobogan untuk merantau ke Semarang. Waktu itu ia bekerja
sebagai buruh di toko bangunan hingga pembantu rumah tangga. Tak ada yang mengira jika ia
kini bisa memiliki pendapatan ratusan juta per bulan.
Kenal NASA karena produknya berkualitas. “Awalnya saya pakai sendiri, tapi karena khasiatnya
bagus, akhirnya saya infokan ke teman-teman,”
paparnya. Teman-temannya lantas banyak yang titip. Akhirnya ia gabung Bisnis NASA.
Seiring berjalannya waktu, perjuangannya terbayar lunas. Ia kini
berhasil menjadi Stokist dan membangun Stockist
Centre di Blora. “Setelah jadi stockist alhamdulilah
pendapatan selalu lancar. Waktu itu bapak saya
sedang merantau ke Kalimantan jadi kuli bangungan.
Saat beliau pulang, rumah sudah saya renovasi hasil
dari NASA. Waktu itu bapak saya menangis bahagia,”
ceritanya senang.
Kendaraan roda empat pun sudah dia miliki, kini
Mbak Maryati bermimpi untuk pergi umroh bersama
keluarga. Ia juga ingin membangun rumah di Blora
agar dekat dengan Stockist Centre di sana. Ya, dengan
pendapatan per bulan yang mencapai ratusan juta,
agaknya tak butuh waktu lama hingga mimpinya
terwujud.
Pemuda asal Pantura ini lulusan Ilmu Kelautan
UNDIP. Ia mengaku apa yang dipelajarinya susah
diterapkan karena memang bukan ilmu terapan.
Setelah lulus sempat ia menjadi tenaga kontrak di
dinas perikanan, namun itu jelas bukan profesi yang
menjanjikan. Ia memilih keluar dan memulai bisnis
dengan membuka warnet.
Sambil menyelam minum air. Sembari jaga warnet
ia memasarkan produk-produk NASA. Ia bermitra
dengan NASA setelah dikenalkan bisnis ini oleh
tetangganya sendiri. “Karena fokus di NASA omset
warnet menurun, tapi tak masalah karena pemasukan
dari NASA justru malah lebih banyak,” ungkapnya.
Kini hasil di NASA cukup untuk mengukur dirinya
sendiri sebagai orang sukses secara finansial. “Jelas
tak ada bayangan punya penghasilan lebih dari 15
juta perbulan,” imbuhnya.
Baginya seorang pemuda harus memiliki mimpi
yang cukup menakutkan karena artinya mimpi itu
cukup tinggi. “Saya mengandalkan NASA untuk
mewujudkan mimpi-mimpi saya,” tukasnya mantap.
Lulusan S2 dari salah satu universitas di Makassar ini
mengaku sulit mencari kerja hanya mengandalkan
ijazah. Suaminya adalah seorang anggota TNI,
penghasilannya belum mampu menopang ekonomi
keluarga, ditambah lagi ada tanggungan bank yang
harus diangsur.
Tahun 2010 ia mendapat pekerjaan menjadi seorang
marketer di salah satu bank swasta, namun di tahun
2012, ia mengambil keputusan untuk mengambil
pekerjaan di NTT. Keputusan yang sebetulnya cukup
ia sesali karena harus meninggalkan keluarga.
Baru pada 2015, ia berpikir keras bagaimana cara
menemukan bisnis yang tak perlu jauh dari keluarga.
Ia pun menemukan jalan itu bersama NASA. Bersama
NASA dan bimbingan para upline Ibu Heni mengaku
menjadi pribadi yang lebih unggul. "Selama
bermitra bersama NASA, bukan hanya pendapatan
dan kesejahteraan ekonomi yang meningkat, juga
karakter yg dulu egois kini terkikis. Kini saya bisa
berkumpul bersama keluarga tanpa takut kehilangan
penghasilan”, tukasnya.
Usia Mas Aminudin baru menginjak 27 tahun.
Pendidikan formalnya hanya tamatan SD, itu pun ia
mengaku sudah lupa dimana ijazahnya disimpan.
Sebelum gabung bersama NASA ia sempat
berjualan pulsa, sempat juga menjajakan jasa iklan
di FB. Namun penghasilan dari sana jelas belum
mencukupi untuknya dan keluarga. Baru pada Juli
2014, keputusan bergabung di NASA menjadi satu
pijakan yang menentukan.
Kini, hasil dari NASA sudah banyak mengubah hidupnya, setidaknya dilihat dari ukuran finansial. Sukses ia
definisikan menjadi dua hal. "Sukses itu untuk diri saya dan untuk orang lain, kalau untuk diri sendiri saya
bisa anggap sudah sukses, tapi untuk kebermanfaatan bagi orang lain, itu yang masih terus kembangkan dan
tingkatkan," tuturnya. “Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada upline saya yang telah membantu saya
meraih kesuksesan,” tambah Mas Aminudin.
Mas Aminuddin memang memiliki impian untuk membangun pesantren, menggratiskan pendidikan, dan
memberikan santunan kepada para guru yang selalu ia hormati.